02 Oktober 2009

Gusti Allah Ora Sare

Tepat pukul 22.40 WIB aku selesaikan menulis bait terakhir draft perjanjian yang aku buat, dan itu artinya kerja lemburku selesai sudah,penat rasa raga ini. Diluar kantor hujan deras masih setia mengguyur ibu kota, segara aku matikan computer diatas meja kerja, ku kunci pintu kantor dan bergegas menunggu setia hujan reda di teras Kantor.
Rasa lelah, capek, dan penat mendorong aku untuk ingin cepat segera pulang, tapi tumpahan air dari langit menghalangi langkah kakiku menuju stasiun Gondangdia dimana kreta slalu setia mengantar dan menjemputku. Aku putuskan akan menyetop dan menumpang Bajaj saja menuju stasiun Gondangdia.Malam ini suasana sekitar jalan Wahid Hasyim tempatku menunggu bajaj sunyi.. sepertinya orang-orang lebih nyaman berselimut tebal menghangatkan badan di dalam rumah.
Setelah sekian lama menunggu, bajaj yang aku tunggu-tunggu lewat, segera aku stop,lantas buru-buru aku masuk bajaj. “Stasiun Gondangdia ya pak , brapa?” . “delapan ribu saja dek” jawab supir bajaj yang kira-kira usianya lima puluhan tahun itu ramah. “baik pak, antarkan saya sampai pintu utara..capek saya lembur pak..”.
Hujan masih saja deras keheningan suasana dalam bajaj begitu terasa. Ah, coba saja aku ngobrol dengan bapak supir bajaj. “wah..pak Hujannya deras, hujan deras begini penumpang sepi ya..?”, bapak supir bajaj menoleh dan berkata “namanya juga rizki dek, sudah ada yang membagi”. aku tidak puas dengan jawaban bapak supir bajaj, “ya..tapi kan kalau hujan deras begini ihtiar kita jadi terhalang pak”. Bapak Supir Bajaj hanya tersenyum simpul.
Tak lama kemudian Bajaj sudah berhenti, yang artinya sudah waktuya aku turun dan membayar ongkos bajaj. “ini pak delapan ribu, trimakasih banyak ya pak”. Pintu bajaj belum juga terbuka, tiba-tiba bapak supir bajaj tersenyum dan berkata “dek, Gusti Allah itu ora sare..(Gusti Allah itu tidak tidur..), mungkin karna hujan deras penumpang sepi, tapi karna hujan deras ini juga anak saya yang biasa ojek payung di Sarinah jadi banyak tumpangan, saudara-saudara saya yang di kampung bisa mulai menanam padinya lagi..Gusti Allah itu ora sare dek..smua pasti dicukupi olehNya..”.
Seketika itu aku serasa bergetar.. aku kehabisan kata-kata..sepanjang malam itu aku merenung.. betapa sempitnya pemikiranku, betapa aku hanya melihat bagaikan kuda delman dengan kacamata kudanya. Hanya satu yang tersimpan dalam Qalbuku ketika itu, “Ya Allah..Ampunilah aku yang telah menganggap keadilan Engkau begitu sepelenya.”
Setahun lebih telah berselang semenjak peristiwa itu, ketika aku bertemu dengan ayahku dan berbincang masalah jodoh, ayahku berkata, “Gusti Allah itu ora sare le..(Gusti Allah tidak tidur nak..), suatu saat nanti pasti dating ketetapanNya untuk mu, apapun itu..adil, dan kamu harus Ikhlas”.
Seminggu setelah perbincangan itu seorang kawan perempuan menulis pada Komentar Wall situs Facebookku dengan komentar “Allah tidak mengantuk dan tidak tidur,maka segala upaya positif yang kita lakukan akan berbuah manis nantinya karna Tuhan pasti melihat upaya itu dan memberinya balasan lipat ganda”.Sontak peristiwa setahun lalu kembali teringat,kembali merasuki jiwa.. dan aku bermunajat, “ya Allah, Puji dan Syukurku kehadiratMu yang telah menganugrahkan orang-orang yang senantiasa mengingatkanku atas segala KuasaMu terhadap MahlukMu ya Rabb..”.
-argo-

3 komentar:

  1. kok akhir2 ini sering denger kata2 "Gusti Allah ora sare". semua hal datang ada alasannya Go. kalo masalah jodoh mah, kalo emang udah waktunya juga segalanya dimudahkan kok (sok bijak ya hehehehehe). keep fighting pak!!

    BalasHapus
  2. trimakasih peps, sama-sama bu, keep fighting!the show must go on, kasi kabar jika sudah berhasil disana *emang merantau..hehe..*

    BalasHapus
  3. so inspiring,mudah2an selalu ingat, setuju sama komentar mbak pepi...

    BalasHapus

no sara please..